xxx

xxx

Feesbuuk VS MEDISI


“Sesuatu yang baru memang terkesan menarik dan banyak mengalihkan perhatian dari hal yang sudah ada sebelumnya. Tapi walau sebagian pihak lebih memilih untuk hal yang baru, yakinlah masih ada mata yang memandang suatu yang di anggap sudah kadaluarsa dan kehabisan waktu. Memandang dengan hati dan bukan rasio. Melihat dengan tulus sesuatu yang tidak terlihat hanya dengan logika. Melihat dan merasakan apa yang dianggap tidak ada oleh orang lain.”
Sebelum melangkah lebih jauh, penulis ingin mengucapkan selamat datang kepada segenap mahasiswa baru angkatan XIII, uacapan selamat juga penulis sampaikan kepada ketua senat periode 2010-2011 beserta segenap pengurus senat periode 2010-2011, yang kami harap menjadi pembaca pertama setelah editor. semoga awal ini merupakan awal yang baik, dan insya ALLAH menghasilkan karya-karya yang baik pula, untuk waktu yang akan datang. amin.
Perkembangan jaman dewasa ini berpacu begitu cepat seakan terus berlari bagai tak mau diikuti. Banyak perubahan-perubahan besar, mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap orang-orang yang dalam panggung teater kehidupan ini berperan sebagai subjek. Perkembangan ini juga menyajikan berbagai pilihan yang menarik, dan menjadi sebuah wahana yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tolak ukur, “sudah modern, kah kita?”. Dalam penyebaran dan arus lalu lintas informasi misalnya, perkembanganya begitu cepat kita rasakan. Dunia maya atau yang lebih keren disebut sebagai Cyber-Space banyak menjanjikan para pelangganya. Baik dari segi materi maupun efektifitas. Sharing informasi, download, multi player game, bahkan yang paling baru kita hirup suasananya yaitu munculnya media-media komunikasi jaringan sosial seperti facebook, twitter, dan banyak lagi jaringan-jaringan di dunia maya yang masing-masing banyak menjanjikan fitur-fitur fantastic.
Majalah, yang dulu disebut sebagai mediasi tesampaikanya suatu informasi, mediasi untuk tukar menukar salam, memberikan informasi tentang perkembangan baru dunia kita, bagaimana kabar selanjutnya? Akankah suatu yang disebut majalah yang identik dengan sifat “Jadul” itu harus merelakan waktunya demi pendatang-pendatang baru yang memang sepak terjangnya tidak diragukan lagi. Akankah kita biarkan  subjek-subjek pemeran teater kehidupan itu, berkata “waktumu telah habis..”pada majalah.  Masih adakah sosok yang memandang kemampuan majalah  dengan hati, yang perasanya jauh lebih tajam dari pada logika?. Mari kita simak penjelasan yang akan penulis sampaikan ini.
layaknya beberapa instansi lain, seperti sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas pada umumnya, kampus kita ini juga memiliki majalah kebanggaan. Medisi, itulah wujudnya. Dibangun dan dibentuk sebagai media komunikasi dan informasi antar mahasiswa dan segenap civitas akademik. Namun akhir-akhir ini, keberadaan medisi yang merupakan media komunikasi itu sendiri “SEOLAH” mulai tergantikan oleh vendor-vendor baru, yang sekarang banyak bermunculan. Benarkah hal itu terjadi?, akankah pernyataan tentang “kehabisan waktu” akan kita biarkan merenggut apa yang sudah kita bangun dan kita bina selama ini, hanya karena munculnya pihak-pihak baru yang muncul dengan segala penawaran-penawaran yang menggiurkan?
Walaupun terkesan membandingkan, tapi tidak ada maksud untuk membela suatu pihak dan mendiskriminasikan pihak-pihak yang lain. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin benar-benar menunjukan siapa yang terkuat diantara kedua jagoan-jagoan itu dengan sama-sama memperhatikan banyak sisi dari masing-masing jagoan.
Medisi merupakan majalah triwulan, yang terbit  setiap 3 bulan sekali. Artinya masih butuh waktu sekitar 3 bulan untuk mendengar kabar terbaru. Hal ini memang sedikit menurunkan point untuk medisi dibanding dengan buletin atau bahkan fb yang syarat dengan up-date tiap waktunya, dengan penawaran online-nya, kapanpun dan dimanapun. Dalam duel ini  fb maju lebih unggul dibanding medisi. (1-0). namun medisi tidak surut hanya dengan perkara seperti itu. Justru waktu 3 bulan adalah hal yang memang dipersiapkan untuk melahirkan karya-karya yang berkualitas oleh medisi. Di sisi lain, hal ini juga memberikan efek positif, yaitu adanya beberapa surprise menggigit, yang muncul di setiap terbitanya. Tanpa ada maksud memihak satu pihak. walau medisi unggul dalam argumen ini, penulis  tidak memberikan penambahan poin, berhubungan dengan pasal rahasia penulis selaku wasit.
Pada 9 tahun silam, penulis ingat ketika seorang ibu mengajarkan seperti apa huruf “A” itu dan beberapa tahun kemudian sang ibu mengajarkan makna dari kerjasama masing-masing huruf itu. Hingga akhirnya si ibu mengajarkan makna yang tersirat dari sebuah surat. Si ibu mengajarkan betapa pentingnya sebuah penulisan, ibu juga berpesan untuk berhati-hati dalam sebuah kata. Medisi merupakan suatu majalah yang legal, resmi dan mempunyai etika. Setiap wahana yang disampaikan di dalamnya harus dan sudah disesuaikan dengan tata bahasa dan pasti memperhatikan etika penulisan. Dalam kesempatan ini medisi unggul. Skor imbang (1-1) dengan fb yang tulisanya syarat dengan lelucon dan menggunakan bahasa bebas tanpa memperhatikan apa yang sudah diajarkan ibu pada kita, anaknya.
Medisi terstruktur dan terorganisir dengan jelas, di mana di dalamnya terdapat susunan redaksi yang terlatih dengan pelatihan-pelatihan dasar tentang jurnal riset, memiliki penanggung jawab, dan pelindung, hal ini tentunya akan menjaga dan menjamin kualitas isi dari pada medisi itu sendiri, sehingga hasil atau paparan yang disampaikan sesuai dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat tentunya, lagi-lagi medisi gol manis dengan skor (2-1). Tim redaksi medisi diambil dan dipilih dengan penyaringan yang benar-benar ketat. Hal ini lebih memungkinkan untuk menjamin kualitas majalah kebanggaan kita itu, dengan tambahan pendidikan jurnal riset yang jelas akan menambah polesan kesiapan tim redaksi medisi.
Tidak mau kalah, Fb hadir dengan sepak terjang yang lain, fb memberikan penawaran kecepatan transportasi datanya. Efektifitas fb sedikit lebih unggul dibanding medisi. Kesalahan atau ketentuan dalam fb dapat di ubah atau di up-date secepat mungkin. Berbeda dengan medisi yang harus rela menunggu 3 bulan untuk meralat suatu wacana. Dalam laga kali ini, lagi-lagi fb unggul mengimbangi medisi (2-2). Begitu juga dengan biaya yang dikelurkan,  fb membutuhkan sedikit biaya untuk update informasi terbaru, sekali lagi medisi sedikit mundur dengan keadaan ini. Namun dengan pertimbangan biaya cetak dan transportasi, ditambah majalah kita ini merupakan benda berwujud, yang mendapat legalisasi secara sah, maka biaya yang dikeluarkan untuk menebus medisi terbilang murah, dan bisa dibilang bersaing dengan biaya yang dikeluarkan untuk beli pulsa, check-in ke warnet atau untuk beli hp, notebook, atau laptop yang menggunakan fasilitas wi-fi.
Namun, Terlepas dari semua itu, walau secara waktu, dan penampilan medisi kurang menjanjikan, penulis ingin menyampaikan kelebihan medisi yang kadang “memang sengaja tidak dipandang” oleh orang yang lebih mementingkan penampilan dan popularitas. Namun tidak menutup kemungkinan masih banyak para pendukung “singa yang menyembunyikan kukunya”(medisi, red) Ini, yang mampu memandang kesuluruhan arti dari sebuah karya.
65 tahun silam, para pejuang kemerdekaan berhasil membawa bangsa tercinta kita ini ke arah proklamasi kemerdekaan, bermodalkan semangat dan rasa senasib, mereka mampu melawan mesin-mesin perang dengan ahli-ahli strategi jempolan. Sepele, memang. Namun perasaan senasib, rasa sakit, dan kemauan untuk merdeka itulah yang banyak membuat perkembangan dalam sejarah bangsa kita ini. Sumpah dan janji setia mereka ikrarkan.  harta, nyawa, anak, dan istri mereka korbankan. Bukan untuk diri mereka sendiri. Tapi untuk kita generasi muda bangsanya, yang sampai saat ini sulit menyebutkan tokoh proklamator kita, yang sampai saat ini kesulitan menyebutkan di mana letak perumusan naskah proklamasi, yang sampai saat ini menyukai jalan pintas dan amat mengagumi artis-artis baru yang tidak mungkin kita lupa siapa namanya dibanding berjuang dengan keringat  meneladani perjuangan para pahlawan, dibanding dengan mengingat dan meneruskan tekad para pahlawan pendahulu kita.
Sama halnya dengan perang kemerdekaan, para pendahulu kita membangun dan merumuskan medisi dengan segenap pemikiran, dengan segenap harapan, dan bukan untuk mereka sendiri tapi untuk generasi penerus mereka kelak. Medisi merupakan karya anak-anak bangsa. Medisi merupakan warisan dari para pendahulu kita. Di samping sebagai ajang komunikasi, Medisi merupakan ajang kreatifitas. Wadah tangan-tangan kreatif mahasiswa yang mempunyai semangat dan tekad di dadanya, Untuk membesarkan potensi kampus kita tercinta ini. Membuat karya, mendesain, me lay-out, bukan hal yang mudah, tapi dengan kesungguhan, kerja sama, dan tekad. Semuanya lebih dari sekedar mudah. Hal ini lebih dari sekedar berharga untuk ditukar dengan poin-poin di depan.
Kita terlalu sibuk memikirkan hal baru, memikirkan tanpa mengingat kecil di waktu pertama kelahiranya,  kita terlalu sibuk mengagumi para pendatang baru tanpa mengingat penderitaan bersama untuk mempersiapkan waktu yang sekarang, oleh para pendahulu kita. Memang mereka tidak pernah ingin untuk dihargai, mereka tidak ingin dikenal. Tapi akankah tidak mulia kalau kita menelantarkan perjuangan mereka yang merupakan kewajiban kita untuk meneruskanya.
Maju terus medisi! Tekad dan setia kami untuk mu tidak akan tergantikan oleh vendor-vendor baru. Maju dan tunjukan pada semua orang, kualitas yang tersirat dari hal tersuratmu. Jangan kecewakan mata-mata yang mepercayaimu, jangan kecewakan mata-mata yang memandang apa yang tidak dapat dipandang dengan pertimbangan logika. Kami selalu ada, dan selalu siap untuk nilai sebuah estafet  perjuangan yang kau bawa dari generasi pertama kepada kami! [daNz_13]